Pages

Senin, 20 Juni 2016

Pintu yang Terdiam

Disaat akhir dari masa Roda Hitam Supermasif itu, aku menyadari sesuatu.

... Bahwa diam bukan merupakan suatu jawaban yang pasti untuk masalah yang membutuhkan suara...

Omongan demi omongan
Pembahasan demi pembahasan
Dari ribuan kata yang terlontar, kata yang sarat akan teori tanpa aksi ini hanya dapat menghasilkan manusia setengah apatis yang terduduk sila di ruangan sempit namun luas.
Dan mirisnya aku ada di dalam manusia itu.

Hari-hari berganti namun hanya di dalam roda itu yang dibahas. Tidak ada lagi.
Pohon ini telah berakar jauh ke dalam, menembus beton.
Membentuk lubang besar dalam pengabdian yang telah dibentuk erat saat menalikan takdir di awal aku berdiri.

Namun, hari dimana akar ini berubah menjadi sebuah pintu pun tiba. Sekumpulan dari kami akhirnya mengambil beberapa akar itu, mengolahnya dengan sabar namun terburu-buru, dan terbentuklah sebuah pintu kokoh namun rapuh di gagangnya untuk menahan serangan batu dan kerikil dari luar ini.

Apakah ini adalah jawaban dari masalah kami? tentu tidak.
Konflik pun memanas.
Amarah terlontar.
Pecahlah dua diantara enam.

Pintu yang telah dibuat dan menahan ini pun hancur.
Terbanting dari dalam.
Oleh kami yang membuat ini sendiri.

Mirisnya hidup ini.
Bahkan akupun bingung harus mengintervensi dari mana.

Hidup itu singkat untuk tidak ada tantangan.
namun apakah terlalu banyak tantangan itu baik?